Ceritaku (bukan) sejarahku



Tentang biru, tentang abu-abu
Suatu kali, pernah kutantang diriku
Untuk membuka mata lebar-lebar, selebar fantasiku
Menatap hingar bingar dunia
Bergerilya, antara fakta dan realita, dalam satu sisi waktu
Yang sialnya tidak pernah terhenti dan membatu

Dadaku sesak
Bukan karena tertimpa, tertindih atau apa
Nafasku tertahan
Ingin muntah, muntah, dan muntah
Aku berkaca, mataku nanar
Dan yang kulihat di pantulan bola mataku hanyalah bayangan yang bukan diriku
Lalu?

Aku membisu

Terkadang kegilaan dan kewarasan sulit untuk dibedakan
Kapan kau akan disebut gila?
Kapan kau akan disebut waras?
Tak ada batasan
Bagi orang sinting kau mungkin waras
Bagi orang waras kau mungkin gila
Atas dasar apa?
Bukankah tak ada ukuran pasti di dunia ini?
Terserah
Kita bebas memillih, bahkan untuk hidup atau mati
Yang jelas, hari ini aku memilih bersetubuh dengan hidup
Menikmati sentuhan demi sentuhan yang walau pada akhirnya akan bermuara pada kesakitan
Nyeri di tulang, dada, dan punggung belakang

Aku menyerah pada keadaan
Lalu memutuskan untuk sejenak mata ini memejam
Memberi jeda pada rongga dada
Menahan nafas, melihat hitam, lalu meninggi mengangkasa
Kulihat biru setelah abu-abu
Gradasi warna hitam dan putih yang selalu membayangi sudut kiri kanan mataku
Aku (mungkin) suka bagian itu
Bagian dimana aku mulai ragu-ragu tentang segala sesuatu
Itu... Itulah aku!

Aku membiru sebelum menjadi abu
Dikembalikan pada wujud asalku
Keberadaan dari ketiadaan
Setelah ada, muncullah tiada
Aku kehilangan, kemudian menemukan
Lagi menemukan, kemudian kehilangan
Demikian seterusnya
Mengenalku, bukan berarti memahamiku
Pada akhirnya aku mengaku
Bahwa aku sesungguhnya bukan benda imajiner di dalam kepalamu
Aku ini rumit, aku ini sederhana




Aku ini Ira....

"Pathetic Romantic" on the movie...




Helloooo duniaaaaa....

Ah, ga tahan nih jari-jari pengen ngetik sesuatu yang non akademis. (maaf Pak Dosen, saya ga kuat lagi baca teori malam ini, huweee... (TT___TT) )

Kali ini mau nyoba nyinggung tentang scene paling romantis di film-film barat yang pernah aku tonton. Dua diantaranya  adalah “a Walk to Remember” dan “Con Air”, ga lupa juga disertakan OST yang jadi background musicnya momen-momen itu... Let’s cekidot.

Aku bukan berniat bikin sebuah sinopsis sih, cuma sepenggal bagian dimana kesan romantisnya benar-benar terasa di dua film ini.


Tragedi Landon dan Jamie : a Walk to Remember

Sesudah Jamie diajak jalan sama Landon, malam itu Jamie kelihatan senang banget, karena selama ini ngga ada seorang teman cowok yang pernah mengajak dia keluar malam setidaknya untuk jalan keliling kota. Di tengah perjalanan, Jamie yang tadinya sudah memperingatkan Landon untuk tidak jatuh cinta sama dia, pelan-pelan mulai bilang “I’m sick-aku sakit”. Dan Landon yang kebingungan mengajaknya segera bergegas pulang lalu memintanya minum obat. Landon sama sekali tak punya gambaran tentang penyakit berat yang diderita Jamie sampai akhirnya Jamie memberanikan diri bilang bahwa dia mengidap Leukimia, penyakit yang kemungkinan untuk sembuhnya sangat-sangat tipis. Landon yang kaget mendengar pengakuan Jamie serasa tersambar petir, malam itu dia benar-benar bingung tak tahu harus berbuat apa dan bersikap bagaimana, yang jelas dia sangat sedih mendengar pengakuan Jamie.

Tapi Landon tak menyerah, dia tak meninggalkan Jamie begitu saja setelah dia tahu keadaan yang sebenarnya, justru dia malah ingin membantu Jamie merealisasikan daftar impian-impian yang dia ingin capai sebelum dia menghadap Tuhan. Dan itu terasa manis sekali. Tragis, tetapi manis. Ckckck...
Berikut ini cuplikan dialognya dalam bahasa asli (English):

Jamie: I'm sick.
Landon: I'll take you home. You'll be be...
Jamie: No. Landon! I'm sick. I have Leukemia.
Landon: No. You're 18. You - you're perfect.
Jamie: No. I found out two years ago and I've stopped responding to treatments.
Landon: So why didn't you tell me?
Jamie: The doctor said I should go on and live life normally as best I could. I - I didn't want anybody to be weird around me.
Landon: Including me?
Jamie: Especially you!
[Jamie looks down]
Jamie: [Landon gets upset]
Jamie: Ya know, I was getting along with everything fine. I accepted it, and then you happened! I do not need a reason to be angry with God.[ Jamie runs away]
(dikutip dari http://natasyaolivia.blogspot.com/2011/01/walk-to-remember.html)

Saat Jamie bilang “I’m sick” pelan-pelan mengalun lagu “I Dare You to Move” yang dibawakan band Switchfoot. Dan menurutku ini adalah bagian yang benar-benar menyayat hati. Keren.


An Emergency Landing in Las Vegas: the meet of the Poe’s

Satu lagi action movie yang sisi romatisnya ngga kalah kayak drama-drama melankolik. Con Air.
Bagian yang bikin film ini kelihatan rusuh sekali adalah bagian dimana Cameron Poe (Nicholas Cage) berjuang mati-matian untuk mendaratkan pesawat yang sudah dibajak oleh *rekan-rekan narapidananya di kota yang padat merayap Las Vegas. Pesawat yang sudah tak terkendali melayang rendah di atas kota Vegas, dan Poe berusaha memaksa pilot dadakan yang juga seorang napi (maaf, lupa namanya) untuk segera melakukan landing sementara pesawat sudah kehabisan bahan bakar dan mustahil untuk mendaratkannya dengan safe di bandara terdekat, McCarran Int’l Airport. Keadaan ini membuat mereka semua panik. 

Cameron Poe yang sudah bebas tahanan bisa saja meninggalkan situasi yang hectic itu, namun loyalitasnya pada seorang teman yang sakit, O’dell, membuatnya bertahan dan mengusahakan yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk temannya yang sedang terluka itu. Cameron yang berniat menemui istri dan anaknya menahan rasa rindunya yang teramat sangat demi menyelamatkan temannya, meskipun pada saat itu, Casey, putri tunggalnya, sedang berulang tahun.  Setelah berjuang sekian lama, akhirnya pesawat pun mendarat dengan hantaman yang keras di sebuah lobi hotel dan menabrak tiang penyangga sampai akhirnya pesawat berhenti dengan terpaksa.  Setelah pesawat berhenti dan mereka berhasil keluar, dan setelah mengalami perkelahian yang cukup alot, akhirnya Cameron mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Tricia, istrinya, dan Casey, putrinya. 

Dengan menggenggam sebuah boneka kelinci yang sudah lusuh karena sempat tersapu air di jalanan, dan dalam keadaan yang amat sangat tak mendukung, di antara kerusuhan dan karut marut kota akibat kejadian jatuhnya pesawat itu, dan dengan penampilan yang begitu berantakan, akhirnya  Cameron memberanikan diri untuk menemui mereka di salah satu sisi jalan.
Dengan canggung Tricia menyapa Cameron, sepenggal dialognya:

Trisha Poe: 'Hello Cameron'
Cameron Poe: 'Hello hummingbird’

Tricia memperkenalkan Cameron kepada Casey, putri satu-satunya itu. Casey yang merasa takut melihat penampilan urakan ayahnya yang belum pernah ia temui itu menyelipkan wajah mungilnya dibalik baju ibunya, Tricia. Cameron menyodorkan boneka lusuh itu sebagai hadiah ulang tahun Casey, dengan ragu-ragu Casey menerimanya setelah diperintahkan ibunya.

Saat Cameron perlahan-lahan merangkul dan memeluk Tricia, lamat-lamat mengalun suara halusnya Trisha Yearwood membawakan lagu “How do I Live”-nya. Bagian ini terasa sangat romantis, entah kenapa, ditengah ke-hectic-an situasi saat itu, pemandangan saat The Poes saling berpelukan sangat menyentuh hati. Uh, romantis sekali..... (^__^)d


                                                               _____________________
That’s it. Sekian, terima kasih.

INNP. 04.07.12