Di mataku, ini kabut seperti berselaput.
Tinggal tunggu hari, ah, tunggu detik saja ketika semuanya berevaporasi
menjadi butir-butir air yg melembabkan hati,
membawa kekacauan yang karut marut dan acak kadut
seiring dengan hujan kata-kata yang membasahi luka




Kusisihkan kepingan yang masih terpakai
dengan alasan, kelak kepingan itu mungkin bisa menjadi sejumput harapan
Di masa yang akan datang, aku tak lagi bisa meyakini
bahwa kita sedang menuju kepada satu destinasi yang sama
tapi mungkin itu hanya cerita yang melegenda

"sebenarnya apa yang aku lakukan?"

Menghabiskan waktuku dengan sia-sia
hanya untuk menemanimu bercengkrama
Kita seperti sedang dimabukkan oleh arak asmara
hari ini...
Kita seperti pendemo yang berorasi ke sana sini
esok hari...
Dan kali ini, drama apa lagi yang kita mainkan?
Apa kau dan aku tak merasa bosan?
Kita hampir kehabisan tema dan peran,
tapi mengapa kita masih berusaha untuk bertahan?
Bukankah kau punya hak dan kesempatan untuk segera berlalu?
Aku pun demikian, aku pun ingin berlalu...


Berarak awan hitam memayungi langit hari ini
Apa salahku, apa salahmu?
Deru mesin kendaraan membuatku terbakar emosi
Apa maumu, apa mauku?
Kota kecil ini terasa berisik sekali
membuatku semakin menjadi-jadi

Rasanya ingin...
Memuntahkan apa yang sudah kutelan dari suapan kata-kata
Memuntahkan segala stanza yang dituangkan dengan cangkir bermotifkan romansa
Namun tragis...
Kutelan semuanya sekaligus,
sampai membuatku merasakan kejenuhan...
aku mual...
Ingin kumuntahkan!