Ini memang bukan hari Ibu, tapi saat ini aku sedang memikirkan ibuku.
Manusia berubah, tapi tidak dengan ibuku…
Kira-kira alasannya apa ya?

Mungkin ini karena 9 bulan lamanya aku ‘menumpang’ di rahim ibu, makanya apa yg dirasakan ibu, aku ikut juga merasakannya. Apa yg dimakan ibu, aku juga turut mencicipinya. 

Waktu berganti, ibu sungguh-sungguh merawat dan membesarkan aku dengan segala kurang lebihnya,
Kepadaku, selalu nilai-nilai baik yang ia tanamkan, berharap bibit-bibit kebaikan itu kemudian hari akan berbuah kebaikan pula. 

Ibu hari ini menggugah kesadaranku…

Saat dunia tak mau menerimamu dengan tangan terbuka, tangan ibu yang berkerut dan renta itu selalu terkembang untuk memelukku kembali pulang

Saat teman tak lagi mau mendengarkan dengan telinga yang setia, telinga ibu yang sudah sepuh mendengar selaksa cerita dunia itu selalu setia tersendeng untuk mendengar tangis-tawaku.

Saat manusia menyematkan label-label dan mejatuhkan penghakiman-penghakiman terhadapku, atas baik dan burukku, ibu selalu menerima tanpa prasangka, tanpa penghakiman apa-apa. 

Saat aku gagal dalam satu-dua usahaku, mereka mencibir dan memandang rendah padaku, tetapi ibu akan selalu menabahkan hati dengan berkata “Tak apa, yang penting kau sudah berusaha, lain kali kita coba yang lebih baik ya.”


*Semoga lekas sembuh, Mak.

-Harapan yang tersurat di antara aroma kopi dan aroma tanah debu yang baru diguyur hujan malam ini-