“Seharusnya Batak yang sendirian itu bernyanyi”, menurutku demikian.

Tapi ingat ‘kan, aku pernah bilang “Aku Batak karbitan lho”,  

dan saat itu dahimu mengernyit tanda kebingungan.

Kocak…

Bertemu dan berkelakar dengan sosok yang baru setahun ini kukenal, 
tapi rasanya seperti bertemu teman lama saja
Aneh…
...

Dari batu besar yang sedikit mengganggu rasa nyamanmu kita beranjak bergegas mencari tempat yang lebih nyaman untuk bercerita

Meskipun pada dasarnya bagiku sama saja, 
rasa nyaman itu sebenarnya muncul ketika aku mulai merasa mampu menuangkan isi kepala dalam rupa bahasa dan kata-kata- yang aku tahu persis bahwa sebagian besar masih terasa ngasal di telingamu- tanpa merasa ada kejanggalan di sana. 

Bagiku sebuah apresiasi itu penting, 
dan itu kudapatkan dalam perjumpaan ini
Kujelaskan bahwa perihal perjumpaan ini ibarat menemukan –ah, semoga ini tak berlebihan- oase di padang gurun
Karena sudah kuceritakan bahwa rasanya sulit bagiku menemukan seseorang yang “sama uniknya”, ya, demikianlah kira-kira. 

....
Ingat?
 
Kita bicara tentang ini dan itu. 
Mulai dari “mejeuhna” sampai kepada “kabita”. 

Pertemuan dua budaya yang berbeda di sana
Saat seorang Batak ingin mengenal apa itu Sunda
“Kabita?”  tanyaku
“Iya, K-a-b-i-t-a”, jawabmu sambil mengeja
“Oh.. Hahaha, lucu ya, ‘kabita’” 
Aku mengulanginya sambil bernyanyi tak jelas, sekedar bertingkah konyol tak tentu

Aku tahu bahwa bagimu tak ada yang lucu di situ,
tapi bagiku, kata-kata itu sedikit "menggelitik" telinga Sumatera-ku,
bahasa yang halus sekali,
beda dengan bahasa yang dulu biasa kudengar

...

Dan hari itu pun berlalu…

Terima kasih, teman.

Titik temu yang terjadi hari itu juga sebagai peringatan bagiku bahwa di sini, aku tak merasa asing lagi, setidaknya setelah perjumpaan itu.
Kesediaanmu mendengar, 
kesediaanmu berbagi, 
kesediaanmu meluangkan waktu dan ruang bagiku adalah penghargaan tertinggi dari seorang teman, yang kelak akan menjadi sahabat pula. 

Aku menghargai semuanya,
yang entah kenapa pengalaman itu bagiku seperti mendapat tambahan rasa asin dalam semangkuk sup ayam yang tadinya hambar. 
Begitulah kira-kira.


……the end (?)


Kepada aa David Setiadi, yang dengan baik hati meluangkan waktu dan ruang buat sahabatnya ini.
Salam sehat selalu. (^_^)